Minggu, 19 Agustus 2012

Pengalaman Menulis Setelah Vakum 17 Tahun...

Menulis itu memang menyenangkan. Rasanya semua ide-ide yang terpendam jadi dapat disalurkan.
Apalagi kalau ada yang baca dan menyukainya. Plus ada honornya juga.
Itu motivasi aku menulis sejak usia 15 tahun.

Dulu itu, karyaku yang pertama kali dikirim berupa cerpen-cerpen dan puisi ke tabloid Harvest (Sekarang tabloid itu masih ada tidak ya?). Lalu ke majalah Kawanku dan Anita Cemerlang. Lumayan dapat honor mulai dari Rp 10.000 - Rp 100.000,- Waktu itu sekitar tahun 1991-1993, bagiku honornya sudah lumayan sekali lho!

Ketika kelas 3 SMA, aku mulai tidak fokus dengan hobi tulis menulis. Apalagi setelah kuliah. Sampai lulus dan sempat menjadi pegawai BUMN. Hampir-hampir nggak pernah mengetik naskah cerita lagi.

Anehnya setelah menikah dan bersibuk ria di rumah. Keinginan untuk menulis itu muncul kembali. Walaupun rasanya agak minder juga, karena melihat para penulis terkenal yang usianya masih muda-muda.

Aku coba membuat dua buah cerpen aja memakan waktu sebulan. Itu pun amat sangat tidak pede. Berkali-kali di edit. Akhirnya coba kirim cerpen ke salah satu kursus menulis online. Eh, mendapat tanggapan yang cukup bikin nge-down.

Menurut mereka : Tema terlalu biasa, alur ceritanya klise, tata bahasa dan EYD-nya banyak yang salah. hiks :'(

Hampir putus asa rasanya. Sampai ketika ada penerbit Mayor yang mengadakan lomba cerpen. Kebetulan temanya sesuai. Akhirnya bermodal doa dan editing berkali-kali lagi untuk EYD dan tata bahasa. Tapi untuk tema dan alur cerita sudah mentok, aku bingung merubahnya bagaimana. Jadi ya aku kirim apa adanya saja.

Setelah dikirim, pasrah saja... namanya juga ingin menguji diri jadi harus siap dengan hasilnya.Sempat putus asa waktu melihat yang ikut lomba sekitar  3100 peserta. Tapi siapa sangka, ternyata kedua cerpenku itu masuk nominasi 196 peserta yang lolos ke babak penjurian berikutnya. Alhamdulillah... *langsung loncat-loncat kegirangan.

Sekarang tinggal berdoa, semoga lolos terus sampai di lima besar. Aamiin!

Pelajaran yang aku ambil dari pengalaman ini. Terkadang kita harus lebih menghargai dan memberi kesempatan kedua pada karya-karya yang kita hasilkan. Jangan langsung putus asa kalau ada yang mengkritik. Karena sebenarnya tidak ada karya yang jelek. Yang ada cuma karya yang belum di poles sehingga belum sempurna untuk 'tampil' apalagi dijual. Intinya ya musti PeDe...

Salam Literasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar